Menjaga amanat adalah bagian dari iman
حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ حَدَّثَنَا الْمُغِيرَةُ بْنُ زِيَادٍ الثَّقَفِيُّ سَمِعَ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ وَلَا دِينَ لِمَنْ لَا عَهْدَ لَهُ
Rasulullah saw bersabda: tidak beriman
orang yang tidak bisa menjaga amanah yang dibebankan padanya. Dan tidak
beragama orang yang tidak bisa menepati janjinya. (hr. Ahmad bin hambal)
Penjelasan:
Mungkin kita hanya mengenal slogan-slgan
keagamaan semisal: kebersihan adalah bagian dari iman, malu adalah
bagian dari iman, dsb. Tapi kita jarang –atau mungkin tidak pernah-
mengatakan bahwa menjaga amanat adalah bagian dari iman. Padahal, rasul
juga pernah bersabda bahwa menjaga amanat adalah bagian dari dasar-dasar
keimanan dan keagamaan. Dan barang siapa yang tidak menjaga amanat maka
rasul menyebut dia tidak sempurna iman dan agamanya.
Andai kita mengkampanyekan hadis ini ke
masyarakat luas, apalagi di saat-saat kampanye presiden, bupati,
gubernur, dsb, maka kita setidaknya telah menekan munculnya “potensi”
penyelewengan amanat oleh pemimpin kita, meskipun itu sekecil semut. Hal
itu karena dalam tradisi kepemimpinan kita, upaya menjaga amanat itu
sangat kecil. Sumpah jabatan sebagai mekanisme penyerahan amanat
ternyata tidak disertai sebuah mekanisme kontrol yang ketat terhadap
amanat itu. Oleh sebab itu, kampanye keagamaan untuk mendorong seseorang
(pemimpin) agar senantiasa menjaga amanat (kepemimpinanya) adalah
penting segera kita galakkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar